Senin, 30 November 2009

REVIEW FILM TWILIGHT SAGA - NEW MOON [2009]

Ah aku kok nonton film ini? Hehe, tenang saya bukannya bener-bener-paling-sangat-anti sama film ini kok, saya nonton bukan karena film ini sukses secara komersial, bukan pula ingin bernasib sama dengan para gadis-gadis yang ngiler melihat perut Jacob yang kotak-kotak itu karena saya jelas bukan homo, apalagi cuma karena alasan ingin membandingin antara novel dan filmnya, maaf saya bukan pencinta novel. Pengen nonton dibioskop pun nggak jadi, maklum sih ya se-jawa timur ticket film ini sudah habis di borong calo, akhirnya saya macak jadi captain Jack sparrow (pembajak).

Oke, Back to the film. Inti cerita film ini adalah lanjutan dari film Twilight (secara), intinya meneruskan kisah Romeo-Juliet versi manusia sama vampir. Edward nggak mau Bella jadi vampire, kemudian Bella ditinggal Edward ke Italy, dan saat-saat ditinggal itu belahan jiwa Bella mulai diisi sama Jacob. Tapi yang namanya udah cinta bersemi, apa lacur? *Telenovela* Bella terus kepikiran Edward padahal disitu udah ada ‘berondong’ Jacob-yang-six-pack. Tapi sial, perjuangan si Jacob yg bela-belain tiap hari menyemangati si Bella ujung-ujungnya si Jacob tetep aja dicuekin dan dicampakkan begitu saja, sakno.

Dari sektor teknis, akting pemainnya makin mellow saja. Yang sangat gue sayangkan adalah porsi aktris Dakota Fanning yg terbatas dan terkesan seperti cameo. Overall, filmnya nggak jelek-jelek amat sih ya malah lebih bagus ketimbang yg pertama. Yang nggak berkurang dari film pertama adalah make-upnya yg masih terlalu bencong dengan memakai lipstick dan bedak super tebal (watdehelisdet!), emang si mereka vampire tapi mbok ya jangan terlalu lebay gitu lah. Belum juga film ini turun dari bioskop, seri ketiga (Eclipse) sekarang bahkan sudah mulai syuting untuk kembali menggempur dan membuat histeris para remaja cewek dan membuat ilfil (lagi) para cowok tanggal 30 Juni 2010 besok, mana tahaaann…


Kamis, 26 November 2009

REVIEW FILM 2012 [2009]

CITO 21, Studio 1, Row B-9, Date 02 Desember 2009, Time 11.45WIB, Rp 15.000;

*****
Sineas spesialis film bencana kembali datang merusak ketentraman dunia, ya Roland Emmerich sukses membuat kita merinding nonton The Day After Tomorrow dan kali ini dia berniat menghabisi kita dengan sajian film kiamatnya. 2012 membawa kita pada sebuah kontroversi ketakutan, sebuah sensasi yang diperkirakan akan sebuah hari akhir yang sialnya tinggal tiga tahun lagi. Masyarakat awam, infotainment, dan tokoh agamapun akan secepat kilat bereaksi karena sensasi ini, lain halnya dengan penikmat film. Sebagian warga resah, apa yang membuat mereka resah? Infotainment dapat berkah, apa yang mereka dapatkan? MUI pun akhirnya mengeluarkan fatwa haram, berdasarkan apa?

Saya nonton film ini dengan tanpa ekspektasi apapun tentang isi filmnya, karena bagi saya kiamat itu hanya ALLAH Subhanahu Wataala yang menentukan. Kita manusia, atau suku Maya, dan suku apapun itu tidak berhak sama sekali menetapkan hari kiamat, lha Nabi se-keren Nabi Muhammad SAW saja tidak dikasih tau kapan akan terjadinya kiamat. Bisa dipastikan film ini sukses dari segi penjualan tiket di seluruh dunia, termasuk di Indonesia meski anehnya di Amerika sana malah biasa-biasa saja. “The end is just the beginning” ya seperti itulah isi filmnya, bukan film ini bukan film kiamat. Plotnya cerita klise banget, akting pemain juga tidak terlalu istimewa. Layaknya makanan di restoran kelas kakap, kita nggak dipusingkan dengan darimana daging itu diperoleh dan bagaimana mengolahnya, intinya kita puas. Banyak hal yang tidak masuk akal termasuk pemain utamanya yang sakti mandraguna, terbukti dia sampe ending masih sehat wal afiat dan menjadi keluarga sakinah-mawaddah-warahmah. Oscar sih nggak ya, tapi bukankah film itu memang sejatinya hanya untuk menghibur? why So Serious?

Rabu, 25 November 2009

REVIEW FILM GARUDA DI DADAKU [2009]

Rating : 8/10

Sebuah film lokal yang bertema lain selain setan pocong, komedi esek-esek penjual aurat nan vulgar, dan kisah cinta roman picisan, dirilis bersandingan dengan film besar pengeruk uang jajan penonton yakni Ketika Cinta Bertasbih dan Transformers : Revenge Of The Fallen, tentu film ini kalah pamor. Bercerita tentang Bayu (Emir Mahira) bocah SD yang punya impian masuk timnas U-13, namun ditentang keras oleh kakeknya yang kolot, Pak Usman (Ikranagara). Untuk menggapai cita-cita itu, Bayu dibantu oleh temannya Heri (Aldo Tansani) yang juga pecinta sepak bola.

Premis sederhana dan mungkin kurang sempurna, namun kaya akan pesan moral, saya melihat demografi animo penonton yang lebih suka ngantri tiket nonton film robot-robotan bertuliskan “Khusus Dewasa” dan realitas persepakbolaan nasional disini. Sedikit memang yang merasa bangga menggunakan kaos berlambang Garuda di dada, namun kita akan merasakan kebesarannya lewat film Garuda Di Dadaku, lambang nasionalisme tersebut seperti menempel otomatis di tiap dada penonton. Well, tidak banyak film olah raga yang dibuat, tidak banyak pula yang berakhir manis, dan film ini jelas menjadi salah satu film olah raga bergenre sepak bola terbaik yang pernah dibuat. MERDEKA!!

MEMULAI BARU, MENULIS FILM : WELCOME TO MY BLOG!

Selamat Datang Di Blog yang akan mengulas tentang film, gue bukan kritikus film nih namun hanya sekedar sharing tentang film yang baru saja gue tonton. selain buat tukar pikiran yang bisa kalian alamatkan lewat tempat berkomentar yang telah disediakan dibagian bawah disetiap post artikel film blog ini, gue membangun blog ini bertujuan sebagai kenag-kenangan pernah nonton sebuah film ya semacam diary khusus tentang film gitu deh..

Well, blog ini tidak akan begitu lengkap bila tidak ada komentar didalamnya. saran dan masukan tentu akan membangun demi kesempurnaan blog ini, akhir kata selamat membaca dan semoga sedikit yang gue bagi ini bermanfaat kiranya bagi kalian :)

Budi cahyono