Senin, 15 Februari 2010

REVIEW FILM : MY NAME IS KHAN - [2010]

SUTOS XXI, Row D-8, Studio-6, Date 15 Feb 2010, Time 12.15-14.55 WIB, Rp 20.000; 

*****

Review : Hari jum'at Tanggal 12 bulan february tahun 2010 ini sebenarnya terdapat empat film besar dari Hollywood yang dirilis secara serentak di USA dan begitu juga negara kita Indonesia, ada Percy Jackson And The Olympians : The Lightning Thief, Valentine's Day, The Wolfman, dan My Name Is Khan. Kesemuanya adalah film berkualitas dan menghibur. Seperti biasa untuk bulan february, Film romantis yang dulunya dipegang oleh Will Smith dalam film Hitch kini di kuasai Valentine's Day yg juga menggebrak dengan langsung bertengger di puncak Box Office, ada pula film Horror yang sebelumnya di pegang oleh Constantine-nya Keanu Reeve dan remake Friday The 13th-nya Michael Bay yang kini di handle oleh Benicio Del Toro dalam film The Wolfman, dan yang terakhir adalah film Bollywood yang mulai dilirik oleh masyarakat Amerika pasca kemenangan mutlak Slumdog Millionaire tahun lalu yang kini di pegang oleh Shah Rukh Khan dalam film tentang drama pasca 9/11 berjudul My Name Is Khan. namun meski keempat film diatas dirilis serentak ditanah air, pilihan saya tetep jatuh ke film terakhir yaitu My Name Is Khan yang sudah menyihir dan membuat saya jatuh hati sejak pertama kali melihat movie trailernya di sebuah situs khusus trailer.

Eniwey, lewat pilihan nonton film My Name Is Khan inilah gue pertama kalinya dalam sejarah nonton film India di bioskop, seru juga namun yang membuat gue tersenyum sekaligus merasa ilfil adalah kebanyakan yang nonton film ini adalah dari kaum ibu-ibu dan bapak-bapak untuk kategori dewasa apalagi remaja daftarnya makin sedikit, meski bila dihitung gender pria adalah yang terbanyak ketimbang perempuan. tapi whatever-lah, karena untuk sekelas My Name Is Khan bagi saya lebih baik ketimbang lelah ngantri film  nusantara yang kebanyakan berkutat di sekitar komedi vulgar dan horror beraroma seks yang hanya menjual aurat. diluar demografi film Bollywood diatas, kesan saya terhadap film ini adalah banyak diantara penonton (dan mungkin juga dengan saya sendiri) berkaca-kaca setelah keluar dari bioskop pas filmnya sudah bubar, hmm this is Bollywood movie people! he.. nah selain nonton film, gue tadi juga mampir beli CD Audio baru di Disctarra dan sukses membawa pulang CD Endah N' Resha album Nowhere To Go dan Andre Harihandoyo And The Sonic People album Good Song For Your Soul yang memang sudah saya incar beberapa minggu yang lalu sebagai teman saat ngeblog dan nggarap skripsi di kosn.

Balik lagi ke film, My Name Is Khan dimulai saat Rizwan Khan (Shah Rukh Khan), yang diperiksa petugas bandara karena dicurigai sebagai teroris yang diakhiri dengan pernyataan Rizwan atas keinginannya untuk bertemu dengan presiden Amerika Serikat, kemudian cerita beralur mundur saat Rizwan masih kecil (Thanay Chheda) seorang muslim yang mengidap sindrom Asperger, hidup bersama ibu (Zarina Wahab) dan adiknya (Jimmy Shergill) di wilayah Borivali di Mumbai. Saat ia dewasa (Shah Rukh Khan), Rizwan pindah ke San Fransisco dan hidup bersama adik dan iparnya. Selama disana, ia bekerja sebagai sales obat kecantikan di perusahaan milik adiknya yang sudah menikah dengan Haseena (Sonya Jehan) seorang dosen psikologi dan merupakan orang pertama yang merasakan "keanehan" tingkah Rizwan. Rizwan kemudian jatuh cinta kepada Mandira (Kajol) seorang janda, yang beragama hindu sekaligus pengusaha salon yang terkenal. Kemudian mereka menikah dan mengembangkan usaha, namun setelah peristiwa 9/11, Rizwan dan Mandira mulai menghadapi beberapa kesulitan. Dimulai dari sebuah tragedi rasialis yang kemudian membuat mereka berpisah. Ingin kembali memenangkan hati istrinya, Rizwan melewati sejumlah petualangan salah satunya adalah bertemu dengan Mama Jenny (Jennifer Echols) yang beragama kristen di sebuah kota kecil yang damai dan keinginannya untuk bertemu presiden USA berjalan dengan penuh rasialis dan kejam namun kemudian menjadi sorotan oleh sebuah wartawan TV yang berkeinginan untuk mengangkat profilnya hingga mempertemukannya dengan presiden Barack Obama (Christopher B. Duncan). mengenai apa yang ingin di utarakan oleh Rizwan ke Presiden Amerika, mending nonton ke bioskop aja karena hal itu masih mengandung spoiler dan tentu tidak akan saya ungkapkan disini. lagian, film ini masih hangat-hangatnya lho di bioskop.

Setelah sekian banyak film yang bertemakan runtuhnya WTC tahun 2001 lalu salah satunya diwakili oleh United 93 dan WTC, praktis hanya film ini yang memiliki pandangan berbeda bahwa tidak semua orang muslim yang berwajah asia terutama daerah timur tengah itu teroris. seperti pesan ibunya saat peristiwa perang antara islam dan hindu meletus di India yang berbunyi "hanya ada dua macam insan didunia ini, yaitu orang yang melakukan kebaikan dan yang satunya adalah orang yang melakukan kejahatan", dan lewat film ini pula sebuah paradigma tentang konsep teroris, jihad, dan islam yang mengakar di benak setiap warga amerika sedikit-demi-sedikit mulai berubah, namun dengan plot seperti ini film yang sutradarai oleh Karan Johar yang pernah sukses membuat Kuch Kuch Hota Hai ini menjadi sangat sensitif. dan terbukti dengan raihan Box Office-nya untuk sekelas film hollywood sangat memprihatinkan. Namun berhasil mencetak rekor film India dengan opening tertinggi baik waktu diputar di Amerika, Inggris, maupun Jerman.

"Dengan arahan sutradara andal Karan Johar dan musik pengiring yang menggugah oleh Shankar, Ehsaan & Loy, Khan membuat kita mudah meneteskan air mata seraya mengajarkan kita mengenai Islam dan toleransi," surat kabar Times.

Dari sektor teknis, seperti biasa chermistry SRK (Shah Rukh Khan) dan Kajol sangat pas dan merupakan pasangan ideal seperti yang mereka tunjukkan dalam film Kuch Kuch Hota Hai, Kabhi Kushi Kabhi Gham, dan Dilwale Dulhania Le Jayenge. cara bertutur SRK yang khas dipandu dengan Kajol yang kali ini terlihat makin prima membuat cerita film sepanjang 161 menit ini tidak membosankan meski beberapa adegan memang terlihat dipanjang-panjangkan, gaya penuturan film yang naskahnya di tulis oleh Shibani Bathija ini tampak beda dari film Bollywood lainnya yaitu dengan mengurangi adegan tari-tarian dan tingkah laku bombastis dan berlebihan seperti yang sudah lazim dipraktekkan oleh sineas-sineas India pada umumnya. namun sang penulis tetap memakai jurus ampuh khas film Bollywood yang selalu sukses mengobrak-abrik perasaan penonton untuk ikut terbawa suasana haru yang dialami karakter dalam filmnya hingga kemudian berpotensi membuat banjir air mata di dalam bioskop hingga ending kredit keluar. Well, karena gue meski sudah menyukai film Bollywood sejak dahulu kala namun baru pertama kali ini nonton film India lewat media bioskop apalagi untuk sekelas XXI, jadi gue masih menganggap film ini adalah salah satu film Bollywood terbaik yang pernah saya tonton dengan berbagai kelebihan diantaranya adalah pemain film ini adalah mega bintang Bollywood, di buat oleh patungan antara Darma Production dan  20th Century Fox, ceritanya nggak secetek film Bollywood lainnya, dan soundtracknya yang juga mengalun indah, serta yang terakhir adalah karena nontonnya di bioskop. btw bagi anda yang menyukai film Bollywood maka segeralah mengunjungi bioskop terdekat di kota anda, dan bagi yang tidak suka namun hanya ingin punya pengalaman nonton film Bollywood gue sarankan tontonlah film ini.

Rabu, 10 Februari 2010

REVIEW FILM : FROM PARIS WITH LOVE - [2010]

SUTOS XXI, Row E-10, Studio-2, Date 09 Feb 2010, Time 14.35 WIB, Rp 20.000;

*****

The Review : Sebenarnya saya nggak ada niat nonton film From paris With Love, namun karena kesalahan saat beli ticket yang seharusnya Legion lebih dulu baru setelah itu beli ticket Edge Of Darkness. kekacauan terjadi saat ticket Edge Of Darkness jam pertama sudah kadung dicetak dan ternyata waktu untuk nonton Legion tidak cukup, jadi kemudian saya putuskan untuk nonton film From Paris With Love hanya untuk mengisi waktu kosong. Terlepas dari film, kemarin saya juga beli CD audio group musik Monkey To Millionaire album Lantai Merah karena alasan tertarik dan penasaran setelah membaca review bagus tentang group musik ini dari Majalah Rollingstone Indonesia, barulah saya nonton film From Paris With Love. Jika mau menghitung, uang yang saya habiskan hari itu adalah 95 ribu rupiah. ajigile habisnya banyak juga ya..

Film From Paris With Love bercerita seputar James Reece (Jonathan Rhys Meyers) yang bekerja sebagai Asisten Pribadi Duta Besar Amerika Serikat di Perancis. Pintar dan jago bermain catur, itulah kelebihannya, selama ini dia hanya mendapat tugas cetek seperti menukar plat mobil. Tnggal di apartemen bersama sang kekasih yang dicintainya, Caroline (Kasia Smutniak). namun semuanya berubah saat dia diharuskan untuk menjadi partner dari Charlie Wax (John Travolta), seorang agen senior. Perilaku Wax yang meski urakan dan kasar namun sangat jago berkelahi dan membunuh musuhnya  membuat Reece kaget, dan berniat untuk mengundurkan diri dari dunia ini. Namun kejutan dibelakang memaksanya untuk tetap menjalani kasus ini.

Bagi saya, awal adegan dari film ini sangat tidak meyakinkan dan saya langsung berpikir negatif. Namun munculnya Wax yang sangat Amerika merubah semuanya menjadi aksi heroik ala “Die Hard” dari Bruce Willis yang berlebihan serta terkesan tidak masuk akal seakan semuanya mudah bagi Wax dan Wax pun seperti superhero yang tidak pernah lecet, luka, dan dia juga anti peluru, bahkan kesan perancis di film ini juga seketika hilang. Yang menarik adalah keputusan Wax untuk menembak teman Caroline cukup mengejutkan seperti film “Taken” yang kebetulan juga di meja makan dan oleh sutradara yang sama, scene penduduk kumuh seperti dalam film “B13” [yang juga karya Luc Besson], dan adegan di jalan tol yang mirip dengan ending film “The Kingdom” tahun 2007 lalu menjadi warna action seru nonstop dari film ini. Akhir kata, John Travolta memang sangat cocok memerankan orang yang gagah apalagi menjadi tokoh penjahat [ingat film “The Taking Pelham 123” tahun 2009 lalu] dan untuk ukuran Luc Besson [sutradara], film ini masih lebih baik dan lebih menghibur karena banyak adegan aksinya ketimbang B13.

Hajar Dulu, Baru Ngobrol..

Wah, tinggal menunggu kedatangan “The Wolfman”, “Valentine’s Day”, “My Name Is Khan”, dan “Percy Jackson And The Olympians : The Lightning Thief” minggu depan yang kebetulan keempat film tersebut dirilis pada tanggal yang sama yaitu 12 February 2010.

Cast : John Travolta, Jonathan Rhys Meyers, Kasia Smutniak, Ricard Durden, Ying Bing, Amber Rose Revah
Director : Luc Besson
US Release Date : 5 February 2010
Official Site : www.frompariswithlovefilm.com



Selasa, 09 Februari 2010

REVIEW FILM : EDGE OF DARKNESS - [2010]

SUTOS XXI, Row A-9, Studio-4, Date 09 Feb 2010, Time 12.30 WIB, Rp 20.000;

*****
The Review : Well, setelah lelah antri bayar SPP di Bank Jatim Rp 500.000 dan setelah nilai ujian UAS keluar. Herregistrasi, Siakad, dan mencari DPA adalah bagian paling menakutkan di kampus Universitas Jember, untung gue bukan mahasiswa FISIP atau FKIP yang menurut surat kabar musti ngantri sampai 7-8 jam dan untuk mengambil nomer antrian saja mereka harus mengambilnya jam 2 pagi. Eniwey, heran memang mahasiswa seperti gue masih belum juga lulus padahal sudah semester X alias sepuluh, entah kapan gue lulus namun yang jelas tahun ini harus segera lulus. Terlepas dari itu semua, relaksasi memang sangat dibutuhkan untuk saya pribadi apalagi banyak peristiwa aneh dan unik yang menimpa saya beberapa minggu yang lalu dan hingga hari ini pun saya belum menemukan titik terangnya, peristiwa tersebut datang mulai dari kisah isu pertunangan absurd dengan adik gue sendiri, ujian KK belum juga selesai, hingga masalah keuangan dan tanggung jawab saya terhadap keluarga. Film merupakan salah satu jalan keluar selain musik yang sudah setiap hari saya dengar, setelah absen selama satu bulan lebih tidak nonton film di bioskop maka hari ini saya ingin meluapkan hobi saya tersebut dengan menonton film “Edge Of Darkness”, “From Paris With Love”, dan rencananya sih sama Legion di XXI yang memang sejak akhir bulan january lalu saya tunggu, namun Legion batal karena kesalahan teknis dari gue sendiri. Sebelum bercerita lebih dalam tentang kualitas film tersebut, pertama saya akan kasih plot film “Edge Of Darkness” yang di bintangi oleh Mel Gibson ini.

Jadi film ini bercerita tentang Thomas Craven [Mel Gibson], seorang veterean detektif pembunuhan di kepolisian Boston dan seorang ayah tunggal. Saat anak semata wayangnya, Emma [Bojana Navakovic], 24 tahun, dibunuh didepan mata kepala Thomas itupun di depan rumahnya sendiri, semua orang menduga bahwa Thomas-lah target utamanya. Thomas akhirnya mengetahui kehidupan putrinya serta pembunuhnya. Penyelidikan Thomas membawa kepada penyamaran, persekongkolan, dan pembunuhan, dan ini dibayangi Darius Jedburgh [Ray Winstone], orang yang ditugaskan untuk membersihkan semua bukti kejahatan. Usaha Thomas untuk mencari penyebab pembunuhan putrinya berubah menjadi petualangan yang penuh emosi. Apakah sekilas dari plot diatas langsung mengingatkan anda terhadap film “Taken” yang dibintangi Liam Nesson? Bila jawaban anda “ya” berarti saya tidak sendirian, tidak menjiplak memang, namun tema yang diusung oleh Mel Gibson dan Martin Campbell selaku sutradara yang pernah mencetak “Casino Royal” tahun 2006 yang lalu ini sama sekali tidak menawarkan sesuatu yang baru. Bedanya, kali ini baik ayah maupun anak meninggal semua. Dan yang baru disini hanyalah cara mengeksekusi pemain dengan gaya yang mengejutkan ini patut di acungi dua jempol, lihat kembali adegan putrinya sewaktu ditembak, teman Emma yang ditabrak mobil, dan rangkaian aksi di bagian ending sungguh membuat miris. Ending filmnya mengingatkanku kepada film The Departed. Well, Tidak dapat dipungkiri bahwa film ini membuat daftar film bertema balas dendam semakin bertambah banyak, meski secara filmis ceritanya buruk. Namun hal itu kembali kepada mood penontonnya, dan saya pribadi terhibur oleh film ini ketimbang memaksakan diri untuk tersenyum menikmati kegalauan hati satu minggu terakhir. So, saya sangat puas dengan film “Edge Of Darkness” ini dan juga “From Paris With Love” yang memang saya tonton dalam satu hari full.

Cast : Mel Gibson, Ray Winstone, Denny Huston, Bojana Novakovic, Shawn Roberts, David Aron Baker, Jay O. Sanders
Director : Martin Campbell
US Release Date : 01 February 2010
Official Site : www.edge-of-darkness.warnerbros.com

Rabu, 03 Februari 2010

OSCAR : 82ND ANNUAL ACADEMY AWARD NOMINESS

Oscar : 82nd Annual Academy Awards Nominees
Well, akhirnya yang ditunggu akan hadir juga. benar Oscar kembali untuk yang ke 82 kali, pergelaran Academy Award ini akan dilaksanakan pada tanggal maret 7th 2010 di Kodak Theater Hollywood. yang menarik dari Oscar kali ini adalah masuknya Avatar dan Hurt Locker, karena sutradara kedua movie tersebut dulunya adalah suami istri yang sekarang sudah cerai. selain itu, yang menarik kali ini juga datang dari nominasi best picture yang berjumlah 10 nominasi. Saya pribadi sudah menjagokan beberapa movie yang pernah saya tonton tentunya, jelas ini cuma pilihan iseng dari saya pribadi, namun jika pun benar berarti itu hanyalah sebuah kebetulan, dan ingat pengumuman pemenang sesungguhnya masih tanggal 7 maret 2010 jadi tunggu saja. beberapa prediksi yang saya yakini akan menang ditandai dengan warna biru, diantaranya adalah :

*****


Actor in a Leading Role

1.Jeff Bridges in “Crazy Heart”
2.George Clooney in “Up in the Air”
3.Colin Firth in “A Single Man”
4.Morgan Freeman in “Invictus”
5.Jeremy Renner in “The Hurt Locker”

Actor in a Supporting Role

1.Matt Damon in “Invictus”
2.Woody Harrelson in “The Messenger”
3.Christopher Plummer in “The Last Station”
4.Stanley Tucci in “The Lovely Bones”
5.Christoph Waltz in “Inglourious Basterds”

Actress in a Leading Role

1.Sandra Bullock in “The Blind Side”
2.Helen Mirren in “The Last Station”
3.Carey Mulligan in “An Education”
4.Gabourey Sidibe in “Precious: Based on the Novel ‘Push’ by Sapphire”
5.Meryl Streep in “Julie & Julia”

Actress in a Supporting Role

1.Penélope Cruz in “Nine”
2.Vera Farmiga in “Up in the Air”
3.Maggie Gyllenhaal in “Crazy Heart”
4.Anna Kendrick in “Up in the Air”
5.Mo’Nique in “Precious: Based on the Novel ‘Push’ by Sapphire”

Animated Feature Film

1.“Coraline” Henry Selick
2.“Fantastic Mr. Fox” Wes Anderson
3.“The Princess and the Frog” John Musker and Ron Clements
4.“The Secret of Kells” Tomm Moore
5.“Up” Pete Docter

Art Direction

1.“Avatar” Art Direction: Rick Carter and Robert Stromberg; Set Decoration: Kim Sinclair
2.“The Imaginarium of Doctor Parnassus” Art Direction: Dave Warren and Anastasia Masaro; Set Decoration: Caroline Smith
3.“Nine” Art Direction: John Myhre; Set Decoration: Gordon Sim
4.“Sherlock Holmes” Art Direction: Sarah Greenwood; Set Decoration: Katie Spencer
5.“The Young Victoria” Art Direction: Patrice Vermette; Set Decoration: Maggie Gray

Cinematography

1.“Avatar” Mauro Fiore
2.“Harry Potter and the Half-Blood Prince” Bruno Delbonnel
3.“The Hurt Locker” Barry Ackroyd
4.“Inglourious Basterds” Robert Richardson
5.“The White Ribbon” Christian Berger

Costume Design

1.“Bright Star” Janet Patterson
2.“Coco before Chanel” Catherine Leterrier
3.“The Imaginarium of Doctor Parnassus” Monique Prudhomme
4.“Nine” Colleen Atwood
5.“The Young Victoria” Sandy Powell

Directing

1.“Avatar” James Cameron
2.“The Hurt Locker” Kathryn Bigelow
3.“Inglourious Basterds” Quentin Tarantino
4.“Precious: Based on the Novel ‘Push’ by Sapphire” Lee Daniels
5.“Up in the Air” Jason Reitman

Documentary (Feature)

1. “Burma VJ” Anders Østergaard and Lise Lense-Møller
2.“The Cove” Nominees to be determined
3.“Food, Inc.” Robert Kenner and Elise Pearlstein
4.“The Most Dangerous Man in America: Daniel Ellsberg and the Pentagon Papers” Judith Ehrlich and Rick Goldsmith
5.“Which Way Home” Rebecca Cammisa

Documentary (Short Subject)

1. “China’s Unnatural Disaster: The Tears of Sichuan Province” Jon Alpert and Matthew O’Neill
2. “The Last Campaign of Governor Booth Gardner” Daniel Junge and Henry Ansbacher
3.“The Last Truck: Closing of a GM Plant” Steven Bognar and Julia Reichert
4.“Music by Prudence” Roger Ross Williams and Elinor Burkett
5.“Rabbit à la Berlin” Bartek Konopka and Anna Wydra

Film Editing

1. “Avatar” Stephen Rivkin, John Refoua and James Cameron
2. “District 9” Julian Clarke
3. “The Hurt Locker” Bob Murawski and Chris Innis
4. “Inglourious Basterds” Sally Menke
5. “Precious: Based on the Novel ‘Push’ by Sapphire” Joe Klotz

Foreign Language Film

1. “Ajami” Israel
2. “El Secreto de Sus Ojos” Argentina
3. “The Milk of Sorrow” Peru
4. “Un Prophète” France
5. “The White Ribbon” Germany

Makeup

1. “Il Divo” Aldo Signoretti and Vittorio Sodano
2. “Star Trek” Barney Burman, Mindy Hall and Joel Harlow
3. “The Young Victoria” Jon Henry Gordon and Jenny Shircore

Music (Original Score)

1. “Avatar” James Horner
2. “Fantastic Mr. Fox” Alexandre Desplat
3. “The Hurt Locker” Marco Beltrami and Buck Sanders
4. “Sherlock Holmes” Hans Zimmer
5. “Up” Michael Giacchino

Music (Original Song)

1. “Almost There” from “The Princess and the Frog” Music and Lyric by Randy Newman
2. “Down in New Orleans” from “The Princess and the Frog” Music and Lyric by Randy Newman
3. “Loin de Paname” from “Paris 36” Music by Reinhardt Wagner Lyric by Frank Thomas
4. “Take It All” from “Nine” Music and Lyric by Maury Yeston
5. “The Weary Kind (Theme from Crazy Heart)” from “Crazy Heart” Music and Lyric by Ryan Bingham and T Bone Burnett

Best Picture

1. “Avatar” James Cameron and Jon Landau, Producers
2. “The Blind Side” Nominees to be determined
3 “District 9” Peter Jackson and Carolynne Cunningham, Producers
4. “An Education” Finola Dwyer and Amanda Posey, Producers
5. “The Hurt Locker” Nominees to be determined
6. “Inglourious Basterds” Lawrence Bender, Producer
7. “Precious: Based on the Novel ‘Push’ by Sapphire” Lee Daniels, Sarah Siegel-Magness and Gary Magness, Producers
8. “A Serious Man” Joel Coen and Ethan Coen, Producers
9. “Up” Jonas Rivera, Producer
10. “Up in the Air” Daniel Dubiecki, Ivan Reitman and Jason Reitman, Producers

Short Film (Animated)

1. “French Roast” Fabrice O. Joubert
2. “Granny O’Grimm’s Sleeping Beauty” Nicky Phelan and Darragh O’Connell
3. “The Lady and the Reaper (La Dama y la Muerte)” Javier Recio Gracia
4. “Logorama” Nicolas Schmerkin
5. “A Matter of Loaf and Death” Nick Park

Short Film (Live Action)

1. “The Door” Juanita Wilson and James Flynn
2. “Instead of Abracadabra” Patrik Eklund and Mathias Fjellström
3. “Kavi” Gregg Helvey
4. “Miracle Fish” Luke Doolan and Drew Bailey
5. “The New Tenants” Joachim Back and Tivi Magnusson

Sound Editing

1. “Avatar” Christopher Boyes and Gwendolyn Yates Whittle
2. “The Hurt Locker” Paul N.J. Ottosson
3. “Inglourious Basterds” Wylie Stateman
4. “Star Trek” Mark Stoeckinger and Alan Rankin
5. “Up” Michael Silvers and Tom Myers

Sound Mixing

1. “Avatar” Christopher Boyes, Gary Summers, Andy Nelson and Tony Johnson
2. “The Hurt Locker” Paul N.J. Ottosson and Ray Beckett
3. “Inglourious Basterds” Michael Minkler, Tony Lamberti and Mark Ulano
4. “Star Trek” Anna Behlmer, Andy Nelson and Peter J. Devlin
5. “Transformers: Revenge of the Fallen” Greg P. Russell, Gary Summers and Geoffrey Patterson

Visual Effects

1. “Avatar” Joe Letteri, Stephen Rosenbaum, Richard Baneham and Andrew R. Jones
2. “District 9” Dan Kaufman, Peter Muyzers, Robert Habros and Matt Aitken
3. “Star Trek” Roger Guyett, Russell Earl, Paul Kavanagh and Burt Dalton

Writing (Adapted Screenplay)

1. “District 9” Written by Neill Blomkamp and Terri Tatchell
2. “An Education” Screenplay by Nick Hornby
3. “In the Loop” Screenplay by Jesse Armstrong, Simon Blackwell, Armando Iannucci, Tony Roche
4. “Precious: Based on the Novel ‘Push’ by Sapphire” Screenplay by Geoffrey Fletcher
5. “Up in the Air” Screenplay by Jason Reitman and Sheldon Turner

Writing (Original Screenplay)

1. “The Hurt Locker” Written by Mark Boal
2. “Inglourious Basterds” Written by Quentin Tarantino
3. “The Messenger” Written by Alessandro Camon & Oren Moverman
4. “A Serious Man” Written by Joel Coen & Ethan Coen
5. “Up” Screenplay by Bob Peterson, Pete Docter, Story by Pete Docter, Bob Peterson, Tom McCarthy

Senin, 01 Februari 2010

CATATAN NONTON : BULAN JANUARI 2010


Seretnya film yang dirilis di bulan january 2010 ini membuat saya secara pribadi malas untuk mengunjungi bioskop, film yang menarik pun sudah saya tonton desember tahun tahun lalu seperti Sherlock Holmes, Avatar, Sang Pemimpi, dan bahkan film Baleu 13 : Ultimatum dan Hallowen II sudah saya tonton beberapa bulan yang lalu meski waktu itu nontonnya lewat DVD Bajakan. Judul yang baru datang dari Spy Next Door dan Hari Untuk Amanda, namun aksi terbaru Jackie Chan kurang begitu sreg dan film terbaru Oki Antara hanya sebentar mangkal di bioskopnya, hingga pertengahan bulan film Lovely Bones dan The Book Of Eli yang ditunggu juga belum datang. Namun pada akhir bulan tiba, ketika duit sangu dari orang tua sudah tinggal beberapa lembar dan tenggat membayar SPP kuliah hanya tinggal beberapa hari lagi, rentetan judul film yang bagus mulai berdatangan seperti aksi Mel Gibson dalam Edge Of Darkness dan film perang semi religius berjudul Legion. Tentu kedua film yang hari ini sudah mangkal di beberapa bioskop tersebut belum bisa saya tonton dengan alasan keuangan dan beberapa tanggung jawab di meja kampus yang belum sepenuhnya terselesaikan dengan mulus, bahkan satu diantaranya masuk dalam taraf bermasalah. Namun tidak untuk bulan February, karena hasrat menyaksikan malaikat bersayap nenteng basooka dan aksi brutal seorang bapak yang mencari pembunuh anaknya dalam Legion dan Edge Of Darkness itu masih ada dan begitu menggoda hati, apalagi saya pribadi juga menunggu kedatangan Percy Jackson And The Olympians : The Lightning Thief, Velntine’s Day, The Wolfman, Shutter Island dan Dear John. Ah, sepertinya bulan february akan menjadi penanda kembalinya hasrat nonton dibioskop bagi saya pribadi dan mungkin beberapa penikmat film lainnya.