Pemain : Oka Antara, Fanny Febriana, Noveletta Dinar, Aida Nurmala, Kinaryosih,
Sutradara : Angga Dwimas Sasongko
Naskah : Salman Aristo, Ginatri S. Noer
Produser : Dedy Abdurachman
Tanggal Rilis : Januari 2010
Genre : Drama Romantis
Kategori : Home Video/VCD/DVD
Negara : Indonesia
Distributor : MNC Pictures, Visinema Pictures,
Durasi : 95 Menit
Amanda [Fanny Febriana] dan [Reza Harardian] dalam sepuluh hari kedepan akan segera melangsungkan pernikahan, karena pekerjaan super sibuk sehingga membuat Amanda kesepian dan mengurusi segala sesuatunya sendirian, sebuah kado dari Hari [Oka Antara] membuat Amanda kembali menemui Hari yang tak lain adalah mantan pacarnya. kedatangan kembali Amanda kerumah Hari hingga Hari mau mengantarkan undangan pernikahannya perlahan membuka kembali tabir masa lalu diantara keduanya, namun siapakah pilihan hati Amanda yang sesungguhnya??
Di jaman sekarang atau paling tidak dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, pergeseran tema film di negeri ini semakin mengarah kepada jenis yang seragam dan cenderung monoton. karena sebelumnya tidak banyak tema horror yang diangkat segila dan semembeludak seperti sekarang, kreatifitas bukan dikembangkan pada genre selain komedi, drama, dan horror, melainkan tema "sampingan" yang bisa dikais dari 3 tema sentral tersebut. kemudian setelah habis digali dalam-dalam, ujung kendali selanjutnya disilang sesuka hati untuk mengaburkan perkiraan penonton akan tema yang sudah mulai jenuh dengan teori sebelumnya. tidak ada memang dalam satu film hanya terdapat satu macam genre, namun perkawinan silang yang banyak dilakukan oleh sineas-sineas beberapa tahun terakhir ini semakin kacau meski secara siasat-menyiasati kelesuan penonton dan secara hitungan ekonomis benar. kawin silang disini mungkin berkonotasi negatif dan bahkan berujung kontroversi, namun hal itu terbukti sangat ampuh dihari pertama pemutaran atau hanya sekedar menghebohkan sampai menjubeli surat kabar dan berita-berita televisi terutama gossip pagi hari untuk menemani ibu-ibu memasak didapur dan membuat para orang tua, pengamat film, dan masyarakat umum prihatin dengan kondisi perfilman saat ini. bagi saya tema horror kawin silang dengan komedi nyaris membuat saya selalu prihatin apalagi ditambah doorprice aksi pamer paha, belahan dada, dan bokong semok. namun seperti biasa, kemudian akan datang sebuah karya seni "superhero" untuk menyelamatkan atau memberi gambaran lain dari tema horror-komedi-seks tersebut. bukan bermaksud men-superior-kan film ini, namun fakta yang terjadi tidak bisa kita tutup-tutupi bahwa film ini datang dengan semangat indie atau pengistilahan lain dari trend perfilman yang beraksen negatif seperti yang telah saya tulis diatas, film ini sangat baik kualitasnya daripada tema diatas dan itu jelas.
kembali ke filmnya, cerita tentang CLBK atau cinta lama bersemi kembali ini di susun dengan semangat akting pemain yang luar biasa baik. Oka Antara [Hari] seperti biasa aktingnya semakin baik saja hingga dalam setiap sikapnya mampu kita pahami dengan beberapa potongan sejarah cintanya yang "nampaknya" begitu manis dengan Fanny Febriana [Amanda] dan kembali datang untuk meyakinkan Amanda, begitu pula dengan Fanny Febriana yang cukup mengimbangi pesona Oka Antara. chermistry keduanya dapat dengan mudah membawa penonton kepada sebuah peristiwa yang dekat dengan keseharian kita apalgi bagi anda yang mempunyai kisah yang sama dengan film ini. untuk ukuran sebuah drama yang simple yang hanya dilakukan dalam satu hari kejadian, film ini jauh lebih berkualitas dibandingkan rombongan horror bikini yang merajalela belakangan ini.
sokongan kualitas akting dari para pemain bukanlah satu-satunya penolong film ini, karena twist yang diselipkan di penghujung film membuat karakterisasi dan alur yang makin mantab menjelang ending. adapun point positif lainnya datang dari soundtrack yang pas dan mampu memberi feel lebih pada jiwa film ini yang mengisyaratkan kegundahan akan pilihan hidup dan pilihan kekasih terbaik bagi Amanda, film ini adalah sebuah drama hidup seorang Amanda dan kepada siapa hati Amanda yang sesungguhnya dilabuhkan. pada akhirnya mengulik semua vitamin film ini menyadarkan saya akan sesuatu yang sedang saya alami dan menjadikannya sebagai pelajaran mahal untuk kedepannya, dan untuk ukuran kualitas sebuah film dalam negeri penyelamat itu datang bukan lagi berbentuk otot kekar yang mampu menghancurkan sebuah tembok yang maha kuat namun hanya berupa hati yang terkadang mampu dengan mudah melunakkan semua jenis halangan. dan tahun 2010 ini diawali dengan baik oleh film ini, meski sayang kemaren saya belum sempat untuk menyaksikannya di gedung bioskop yang kini saya saksikan lewat home video. Bagi penyuka film romantis, tidak banyak yang saya rekomendasikan bila film yang dimaksud adalah film dalam negeri. namun apapun itu, film ini jelas menempati lima besar film romantis indonesia satu dekade terkahir ini, jadi apakah patut dikoleksi? jawabannya adalah wajib..