Saat film laskar Pelangi dielu-elukan sebagai salah satu film berkualitas dekade ini, kedatangan Sang Pemimpi tentu diantisipasi oleh beberapa kalangan, padahal sebenarnya saya tidak begitu mengerti tentang pesan hebat apa yang ada pada film Laskar Pelangi jika sampai seluruh lapisan masyarakat berbondong-bondong menyaksikannya, saya tambah bingung. Apakah banyaknya penonton film ini hanya mengkultuskan sensasi? ya bisa jadi, apakah pula hanya ikut-ikutan? entahlah, yang jelas apapun motivasinya film ini masih lebih baik daripada hantu-hantuan distudio sebelah. Lucunya saat saya nonton film ini (baik Laskar Pelangi maupun Sang pemimpi) yang penonton cari adalah adegan komedinya, mereka tertawa saat Ichal sedih karena ditinggalkan Aling, serta masa-masa pubertas menginjak bangku SMA, ya mereka sangat suka ketika adegan pacarannya. *geleng-geleng*
Sekali lagi Riri Riza dan Mira Lesmana sukses mengangkat sebuah novel kedalam pita seluloid, agak ringan memang untuk sineas sekelas Riri, namun toh film ini memang bukan film dengan tema yang berat. Bisa jadi apapun yang diperbuat Riri untuk film ini selanjutnya tidak akan berpengaruh secara signifikan, para calon penonton tetap akan menjubeli bioskop untuk menyaksikannya. Bila difilm Laskar Pelangi saya sempet shock karena yang memerankan Ichal dewasa berbeda jauh dengan Ichal kecil, Sang Pemimpi memutarbalikkan semuanya, saya suka dengan penampilan Ariel"Peterpan" yang pada awalnya kurang begitu saya respon, Riri Riza jelas kali ini tidak salah pilih. Well, meski demikian datangnya teatrikal Laskar Pelangi beserta sekuelnya sangat positif ditengah polusi perfilman yang tak kunjung cerah, maju terus perfilman Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Blog ni gak seru kalo gak ada komentar anda