Selasa, 09 Februari 2010

REVIEW FILM : EDGE OF DARKNESS - [2010]

SUTOS XXI, Row A-9, Studio-4, Date 09 Feb 2010, Time 12.30 WIB, Rp 20.000;

*****
The Review : Well, setelah lelah antri bayar SPP di Bank Jatim Rp 500.000 dan setelah nilai ujian UAS keluar. Herregistrasi, Siakad, dan mencari DPA adalah bagian paling menakutkan di kampus Universitas Jember, untung gue bukan mahasiswa FISIP atau FKIP yang menurut surat kabar musti ngantri sampai 7-8 jam dan untuk mengambil nomer antrian saja mereka harus mengambilnya jam 2 pagi. Eniwey, heran memang mahasiswa seperti gue masih belum juga lulus padahal sudah semester X alias sepuluh, entah kapan gue lulus namun yang jelas tahun ini harus segera lulus. Terlepas dari itu semua, relaksasi memang sangat dibutuhkan untuk saya pribadi apalagi banyak peristiwa aneh dan unik yang menimpa saya beberapa minggu yang lalu dan hingga hari ini pun saya belum menemukan titik terangnya, peristiwa tersebut datang mulai dari kisah isu pertunangan absurd dengan adik gue sendiri, ujian KK belum juga selesai, hingga masalah keuangan dan tanggung jawab saya terhadap keluarga. Film merupakan salah satu jalan keluar selain musik yang sudah setiap hari saya dengar, setelah absen selama satu bulan lebih tidak nonton film di bioskop maka hari ini saya ingin meluapkan hobi saya tersebut dengan menonton film “Edge Of Darkness”, “From Paris With Love”, dan rencananya sih sama Legion di XXI yang memang sejak akhir bulan january lalu saya tunggu, namun Legion batal karena kesalahan teknis dari gue sendiri. Sebelum bercerita lebih dalam tentang kualitas film tersebut, pertama saya akan kasih plot film “Edge Of Darkness” yang di bintangi oleh Mel Gibson ini.

Jadi film ini bercerita tentang Thomas Craven [Mel Gibson], seorang veterean detektif pembunuhan di kepolisian Boston dan seorang ayah tunggal. Saat anak semata wayangnya, Emma [Bojana Navakovic], 24 tahun, dibunuh didepan mata kepala Thomas itupun di depan rumahnya sendiri, semua orang menduga bahwa Thomas-lah target utamanya. Thomas akhirnya mengetahui kehidupan putrinya serta pembunuhnya. Penyelidikan Thomas membawa kepada penyamaran, persekongkolan, dan pembunuhan, dan ini dibayangi Darius Jedburgh [Ray Winstone], orang yang ditugaskan untuk membersihkan semua bukti kejahatan. Usaha Thomas untuk mencari penyebab pembunuhan putrinya berubah menjadi petualangan yang penuh emosi. Apakah sekilas dari plot diatas langsung mengingatkan anda terhadap film “Taken” yang dibintangi Liam Nesson? Bila jawaban anda “ya” berarti saya tidak sendirian, tidak menjiplak memang, namun tema yang diusung oleh Mel Gibson dan Martin Campbell selaku sutradara yang pernah mencetak “Casino Royal” tahun 2006 yang lalu ini sama sekali tidak menawarkan sesuatu yang baru. Bedanya, kali ini baik ayah maupun anak meninggal semua. Dan yang baru disini hanyalah cara mengeksekusi pemain dengan gaya yang mengejutkan ini patut di acungi dua jempol, lihat kembali adegan putrinya sewaktu ditembak, teman Emma yang ditabrak mobil, dan rangkaian aksi di bagian ending sungguh membuat miris. Ending filmnya mengingatkanku kepada film The Departed. Well, Tidak dapat dipungkiri bahwa film ini membuat daftar film bertema balas dendam semakin bertambah banyak, meski secara filmis ceritanya buruk. Namun hal itu kembali kepada mood penontonnya, dan saya pribadi terhibur oleh film ini ketimbang memaksakan diri untuk tersenyum menikmati kegalauan hati satu minggu terakhir. So, saya sangat puas dengan film “Edge Of Darkness” ini dan juga “From Paris With Love” yang memang saya tonton dalam satu hari full.

Cast : Mel Gibson, Ray Winstone, Denny Huston, Bojana Novakovic, Shawn Roberts, David Aron Baker, Jay O. Sanders
Director : Martin Campbell
US Release Date : 01 February 2010
Official Site : www.edge-of-darkness.warnerbros.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog ni gak seru kalo gak ada komentar anda