Film Indonesia satu tahun terakhir semakin mengalami kemunduran dalam menyajikan sebuah hiburan bernama film khususnya film bioskop, setelah tayangan sinetron yang semakin tidak mendidik dan malah semakin membodohi penonton sekarang giliran film bioskop yang semakin terjerumus ke jurang yang sama namun lebih dalam. Sebagai penikmat film jujur saya kecewa dengan keadaan seperti ini, belum hilang dari ingatan kita tentang betapa vulgar nya adegan dalam film “Paku Kuntilanak” yang dibintangi Dewi Persik dan adegan pamer bikini dari Tamara Bleszynski di film “Air Terjun Pengantin” serta yang terbaru yaitu “Suster Keramas”. Kemunduran yang saya maksud disini adalah fenomena yang sama yang dulu sekitar tahun 90-an begitu eksis dan kini kembali dipakai yaitu film dengan tema Horror dan Seks, namun hebatnya sekarang para produser dan sutradara pencipta film horror Indonesia tersebut menggabungkan keduanya menjadi satu yaitu Horror yang ditambahi adegan seks didalamnya. Film “Suster Keramas”, “Air Terjun Pengantin”, dan “Hantu Puncak Datang Bulan” adalah contoh paling hangat dari genre tersebut.
Secara hitungan ekonomi mungkin mereka menerapkan teori dengan benar, yaitu berkorban sedikit dan meraih keuntungan yang banyak. Dengan modal yang murah dan mudah, dengan cerita ala kadarnya, dengan hanya memasang artis yang penting seksi dan pamer aurat gratisan, dengan sinematografi khas sinetron, dan beberapa faktor minus lain sebagainya film seperti ini tetap akan laris. Karena jurus ampuh yang pakai adalah nilai kontroversi yang dibawa oleh film itu sendiri, susah memang untuk menuduh mereka adalah biang keladi kemunduran psikologis penonton Indonesia karena penonton sendiri pun masih saja berdiri antri untuk nonton film ini. Dan itu terbukti dengan suksesnya film “Paku Kuntilanak” yang kabarnya telah di tonton 1,1 juta orang, film “Air Terjun Pengantin” di atas 1 juta orang, dan “Suster Keramas” 800.000 orang [Koran Jawa Pos, Minggu 07/02/2010].
“Seksi pun tetap pada konteksnya, bukan vulgar begitu. Tetap ada nilai seni dan keindahan. Yang norak itu tidak ada di film saya,” Ody Mulya Hidayat [Koran Jawa Pos, Minggu 07/02/2010]“Menurut kami, kontroversi itu harus ada. Karena harus ada sesuatu yang dibicarakan. Saya sih tidak pede kalau sekadar menjual film saja,” Ody Mulya Hidayat [Koran Jawa Pos, Minggu 07/02/2010]
Belum juga film “Suster Keramas” turun dari bioskop, giliran film “Kain Kafan Perawan” dan “Di Perkosa Setan” yang akan diputar di bioskop indonesia. Bahkan pengamat film Yan Widjaja mengatakan ada sekita 20 film horror-sex yang akan di rilis di bioskop sepanjang tahun 2010, hal ini menandakan bahwa film dengan jual belahan dada, paha, pantat, dan bibir sensual sangat diminati oleh penonton indonesia persis ketika film indonesia diambang kehancuran dan mati suri pada tahun 1990-an. Namun bila tidak dicegah oleh sineas sendiri, sepertinya kali ini film indonesia akan segera mati sungguhan.
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Blog ni gak seru kalo gak ada komentar anda