Buzz Lightyear kembali ke layar lebar setelah sepuluh tahun, penantian panjang dan melelahkan namun datang disaat yang tepat, terlalu banyak yang merindukan kisah mainan ini. Ekspektasi besar berada dibalik perkiraan semua benak calon penonton tentang bagaimana Woody akan dikisahkan dan fase kedewasaan Andy yang segera menuju ke jenjang kuliah, Lee Unkrich jelas bukan orang sembarangan, dia menjadi Co Director untuk 2 film Toy Story, Monster. Inc, dan Finding Nemo. Proyek ini sangat prestisius dan bernilai ratusan juta dollar, bukan pekerjaan main-main meski berkisah tentang mainan. Kita semua mencintai Buzz Lightyear, Woody, Jessie, Mr. Potato Head, Rex, Bulleyes, dan lainnya, bagi mereka yang lahir pertengahan hingga menuju akhir tahun 80′an, kami pun berada disana. Saat Toy Story dirilis tahun 1995 kita belum berumur sepuluh tahun waktu itu, menyenangkan rasanya memory itu kembali datang.
Pixar membawa pioner film tiga dimensi pertama kelayar lebar lewat Toy Story berkembang hingga Up tahun lalu, ada kesan tersendiri saat kita beranjak dewasa dengan Pixar terlebih bagi kalian yang saat ini hendak kuliah dan memang mengikuti seri Toy Story sejak awal rilis. Kita akan melihat kebelakang dan terdiam melihat satu kardus dibawah tempat tidur atau tempat lain yang berisi mainan dan sudah lama tidak kita mainkan, tersenyum karena kita pernah melewati era keemasan bersama mereka. Bernostalgia dengan memory masa lalu tentang mainan dan boneka, sebuah benda mati yang ditafsirkan hidup sesuai daya intepretasi dan kekuatan dalam beriimajinasi tentang dunia tanpa sekat yang menyenangkan. Berubah megah menjadi suatu hal yang istimewa yang hinggap nan melekat saat kita kecil dan menjadi sebuah kenangan manis sebagai teman bermain, berapa detik durasi dalam hidup yang kalian sediakan untuk mereka kala itu? kita mungkin tidak menghitungnya. Yang jelas saya pernah mengalami masa-masa itu dan kalian pun demikian, yang kita tau bahwa mereka hidup ketika kita sedang berimajinasi, memainkan peran mereka. Namun yang tidak kita tau disanalah ternyata mereka benar-benar hidup, berinteraksi saat kita tidak ada, bercengkrama dalam dunianya, petualangan seru lintas batas, dan perasaan mereka terpengaruh saat kita pun mulai melupakannya, menyenangkan mengetahui semua itu ada di Toy Story trilogy.
“kami berusaha membuat film yang kami sendiri ingin lihat, orang tak ingin dikecewakan film ini. aku juga tak ingin dikecewakan film ini! ini akan jadi film yang lucu dan memuaskan.“-Lee Unkrich.
Waktu akan terus bergulir dan “Andy’s going to college, can you believe it?” siapapun kalian yang beranjak dewasa dengan film ini yang saat ini segera dan atau sedang mengenyam bangku kuliah akan segera diingatkan, “what are you going to do with these old toys?” kita meninggalkan rumah dan mulai tinggal di asrama atau kosn, orang tua kita akan membereskan kamar kita, memindah dan membuang yang tidak perlu. Pilihan harus segera dicetuskan, membawa mainan ke asrama, menaruhnya diloteng/gudang, membuang ke tempat sampah, atau mewariskannya kepada ponakan berumur 5 tahun? kita menghadapi sebuah sejarah disini, berpisah dengan orang tua yang telah membesarkan kita sejak kecil. Bukan peristiwa yang harus disesali, mungkin berat untuk melepasnya namun disatu titik semua itu akan selalu terjadi, dan itulah jalan terbaik. Sebuah premis manis dan indah dari penulis naskah Michael Arndt, John Lasetter, Andrew Stanton, dan Lee Unkrich sendiri, Carl pernah merasakan hal itu di film Up begitu pula Finding Nemo, sebuah perjuangan berat yang harus dilalui dan kini Woody dkk sedang dalam ujian untuk menentukan sikap itu. Andy hanya akan membawa Woody ke kampus dan memisahkan yang lain ke sebuah loteng, sebuah tempat paling menyenangkan daripada dibuang ketempat sampah. Saat yang ditunggu-tunggu datang, dan sebuah kesalahan yang tidak diperkirakan hadir, ketika itulah sebuah petualangan terjadi. Lee Unkrich telah membuat kita sadar bahwa ada beberapa hal yang lebih penting yang berada dibalik sebuah kesalahan itu, terlebih saat sebenarnya Andy marah ketika mainannya hilang dan bukan loteng yang mereka dapati melainkan sebuah taman kanak-kanak-Sunny Side dengan segudang masalah dibalik wajah ceria itu, hanya ada satu pilihan selanjutnya. run definitely, run!
Menyaksikan kisah ini membuat saya pribadi sangat terhibur, sangat disayangkan porsi 3D didalamnya terasa kurang menonjol hanya kedalamannya saja yang terlihat lebih. Hal ini seperti yang sudah dijelaskan oleh John Lasetter sendiri bahwa “bukan tentang bagaimana kau membuatnya, tapi apa yang kau lakukan dengan itu”. Sebagai pentolan Pixar, John sangat menyukai 3D meski bukan itu yang dia fokuskan melainkan kedalaman cerita dan pengembangan karakter yang menjadi perhatian serius. Aksi Buzz dan Woody bisa jadi sangat lucu, tapi mereka juga bukan saja menjadi tontonan anak berumur 5-10 tahun, sebuah strategi umum yang diterapkan oleh Pixar. Kita dan orang tua tidak mungkin melepas bocah SD sendirian nonton film ini, akan ada pendamping saat nonton dan itu sudah pasti. Toy Story 3 kini memiliki hidup yang lebih berwarna, warna warni menghias lebih pekat saat berada di Sunny Side, taman kanak-kanak. Ada banyak pula mainan baru di Sunny Side, kita bisa melihat sebagai ciri khas film sekuel dengan penambahan banyak konflik dan karakter baru. Peter Parker menghadapi 3 penjahat difilm ketiga, begitu pula Jack Sparrow di Pirates Of The Caribbean At’s World End. Semua pemain lama reuni kembali disini kecuali Jim Varney untuk suara karakter Slinky, Pixar kali ini juga mengundang beberapa aktor senior, tidak seperti biasanya. Micahel Keaton, Jodi Benson, Timothy Dalton, Whoopi Goldberg, Richard Kind, dan Jack Angel. Hebatnya, mereka semua bermain dengan apik meski hanya sebatas nyumbang suara saja. Bisa dibilang kali ini Pixar kurang menyelipkan karakter atau pun benda dari film sebelumnya, fans Pixar sudah terkondisikan sejak awal tentang antisipasi kejutan ini. Bukan tidak ada, melainkan memang tidak secara gamblang adanya. Kita melihat banyak kesamaan dengan film sebelumnya yang mau-tidak -mau mengingatkan kita akan beberapa film Pixar sebelumnya, apa saja? semua, ada banyak film Pixar di Toy Story 3.
“bukan tentang bagaimana kau membuatnya, tapi apa yang kau lakukan dengan itu”-John Lasetter.
Berangkat dari ekspektasi diatas, meninggalkan bajakan adalah perbuatan bijak apalagi setelah lama tidak mengunjungi bioskop untuk ritual nonton film. Pixar tidak pernah mengecewakan saya, banyak hal dan itu telah terlewati serta dibayar dengan rasa puas. 1,5 jam perjalanan dari rumah demi tayangan 3D, membayar selembar tiket berharga 25 ribu, dan keluar studio membawa haru sekaligus senang. Kita diajak bermain roallcoaster disini, temperatur cerita berbeda genre. Daya khayal Andy diawal adegan sangat mendebarkan, seketika itu kita disambut oleh warna-warni pelangi di Sunny Side. Bila urat sudah mulai kendor dan adrenaline menurun, bersiaplah untuk tertawa saat Mr. Potato Head berubah bentuk disalah satu scene, atau saat Ken ingin menunjukkan daya tariknya dengan memamerkan ragam busana koleksinya kepada Barbie. Adakah yang tidak tertawa saat Buzz Lightyear diset ke mode bahasa Spanyol dan kembali keasal muasal sebagai polisi luar angkasa dengan misi menumpas Zurg ?? Melindungi Jessie dari pihak jahat serta rayuan mautnya dijamin akan membuat anda tertawa lepas dibioskop, sangat memorable. Menjelang ending saat semua harapan sepertinya berjalan dengan baik, 20 menit terakhir kita sejenak bernafas. Berfikir serta merenungkan tentang apa yang kita perjuangkan, tentang apa yang kita pertahankan. Kembali keawal, berpisah menjadi fokus cerita. Bukan perpisahan yang menyedihkan meski bagi penggemar hal itu terasa sangat mengharukan, jangan membayangkan hal sedih disini karena itulah jalan terbaik. Sebuah film masterpiece dan sangat direkomendasikan untuk disaksikan langsung dibioskop, nonton film Toy Story berarti melihat perjuangan Pixar selama ini. Berjuang menjadi yang terdepan, banyak cobaan tentunya. Sepuluh tahun kemudian dan hari ini kisah ini akan kembali menyapa anda, emosi para fans Toy Story akan lebih terikat disini. Bila kalian bertanya film terbaik 2010, saya akan bilang Toy Story 3 berada pada posisi Lima Besar disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Blog ni gak seru kalo gak ada komentar anda